LINTAS KALIMANTAN | Dalam suasana khidmat dan penuh makna, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat menggelar Malam Renungan Palagan Sambi di kawasan Monumen Palagan Sambi, Kecamatan Arut Utara, Pangkalan Bun. Kegiatan ini diselenggarakan untuk memperingati peristiwa heroik operasi penerjunan pertama Republik Indonesia yang terjadi di Desa Sambi, yang saat ini masuk wilayah Kecamatan Arut Utara. Misi tersebut bertujuan membangun perangkat komunikasi bagi para pejuang kemerdekaan di wilayah Kalimantan. Peristiwa penting ini terjadi pada 17 Oktober 1947.
Wakil Bupati Kotawaringin Barat, Suyanto, S.H., M.H., yang hadir mewakili Bupati, dalam sambutannya mengungkapkan rasa hormat dan penghargaan atas perjuangan para pahlawan Palagan Sambi.
“Palagan Sambi bukan sekadar nama tempat, namun bukti perjuangan para pahlawan kita yang rela mengorbankan jiwa dan raga demi kemerdekaan bangsa,” ujar Suyanto, Jumat (17/10/2025) malam.
Ia juga mengajak generasi muda untuk terus menjaga semangat perjuangan tersebut. “Ini adalah bagian historikal perjuangan bangsa yang terjadi di Kotawaringin Barat. Sebagai generasi penerus, kita tidak boleh meninggalkan sejarah kita,” lanjutnya.
Pemkab Kobar juga mendorong agar nilai-nilai kepahlawanan dari peristiwa Sambi dapat masuk dalam kurikulum pendidikan sebagai upaya menanamkan patriotisme sejak dini.
“Kita ingin bangun sejak dini nilai-nilai patriotisme. Kisah kepahlawanan ini layak menjadi pelajaran berharga di sekolah-sekolah,” imbuh Suyanto.
Sementara itu, Komandan Lanud Iskandar, Letkol Pnb Nugroho Tri Widyanto, menegaskan pentingnya menjadikan semangat para penerjun sebagai inspirasi dalam mencintai tanah air.
“Semangat para pahlawan ini adalah warisan penting yang harus kita teruskan. Mereka berjuang tanpa pamrih demi Indonesia merdeka,” ujarnya.
Letkol Nugroho juga menyoroti fakta bahwa para penerjun dalam operasi tersebut merupakan putra-putra asli Dayak Kalimantan, bukan dari Jawa, sebagai bukti bahwa perjuangan mempertahankan kemerdekaan adalah tanggung jawab seluruh anak bangsa, tanpa memandang suku dan daerah asal.
“Semangat patriotisme saat ini sangat memudar. Kita masih mudah dipecah belah. Dengan mengenang perjuangan Palagan Sambi, mari kita pupuk kembali semangat ikhlas berbakti kepada negara,” tegasnya.
Selain sebagai bentuk penghormatan sejarah, Letkol Nugroho berharap Monumen Palagan Sambi dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata edukasi sejarah. Ia meyakini hal tersebut bisa berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan daerah.
“Monumen ini milik bersama. Jika ke depan dibangun lintasan sejarah di lokasi ini, itu akan menjadi sarana edukatif bagi generasi penerus dalam mengenal perjuangan leluhurnya,” ucapnya.
Dari pihak Kesultanan Kutaringin, Gusti Muhammad Awaluddin turut menyampaikan dukungannya terhadap pelestarian nilai-nilai perjuangan. Ia menekankan pentingnya memperingati 17 Oktober 1947 sebagai tonggak lahirnya Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat).
“Harapan kami, pemerintah daerah memberikan perhatian lebih terhadap kegiatan-kegiatan yang mengusung nilai perjuangan seperti ini,” tutur Gusti Awaluddin. (*)

