LINTASKALIMANTAN.CO || Jalan Nasional dari Samarinda Ibu kota Provinsi Kalimantan Timur menuju Kabupaten Kutai Barat (Kubar) mengalami kerusakan parah hingga ratusan kilo meter.
Kondisi paling memprihatinkan terjadi mulai dari kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) hingga wilayah Kubar dengan jarak hampir 200 km.
Ketua LSM Forum Akuntabilitas dan Transparansi (Fakta) Kabupaten Kutai Barat Hertin Armansnyah menilai pembangunan jalan Samarinda-Kubar yang tembus ke Provinsi Kalteng ini sudah lama tak tersentuh perbaikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dia mengaku kecewa dengan pemerintah pusat dan provinsi. Sebab Kalimantan Timur sudah menyumbangkan devisa untuk negara ratusan triliun rupiah, tetapi infrastruktur daerah justru hancur lebur.
“Kami masyarakat sangat sedih dan kecewa terhadap pemerintah pusat RI. Karena Kubar-Mahulu merupakan penghasil (devisa) yang besar, dari SDA baik sawit, pertambangan hingga hasil hutan bahkan sampai habis hutan atau kayu,” ujar Hertin. Rabu (29/12)
Kekecewaan Hertin itu juga terjadi karena pembangunan di Kubar maupun kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia masih minim sampai pada era pemerintah presiden Joko Widodo.
“Kami warga Kubar-Mahulu konsisten memenangkan pak Jokowi sebagai RI 1, dua kali Pilpres selalu diatas 80%. Tapi tidak ada pembangunan masuk. Kalau kami tau kalah itu justru bikin supaya ada jalan tol, tidak usah repot-repot kami berjuang supaya pak Jokowi menang,” tandas pria asal kecamatan Damai tersebut.
Dia menilai penyebab kerusakan jalan hingga ratusan KM ini karena dilewati truk yang muatananya melebihi kapasitas jalan.
“Jalan trans Kaltim ini hanya kelas tiga, mampunya menahan beban 8 ton saja. Yang melintasi jalan ini banyak kendaraan bermuatan belasan bahkan bisa puluhan ton, seperti armada angkutan sawit, angkutan alat berat dll. Sementara perawatan minim,” tegasnya.
Atas kondisi itu LSM Fakta dan masyarakat Kubar-Mahulu mendesak pemerintah pusat segera memprioritaskan perbaikan maupun peningkatan jalan di daerah penyangga Ibu Kota Negara (IKN) baru tersebut.
“Kami mendesak pemerintah, baik daerah maupun pusat agar segera melakukan perbaikan dan membangun jalan kelas dua. Ini sangat dibutuhkan,urgen sekali karena ini urat nadi perekonomian,” imbuh Hertin.
“Jalan trans Kalimantan Samarinda-Kubar ini estimasinya membangunnya hanya kurang lebihg 3,4 Triliun, sementara Kaltim nyumbang ke Pusat mencapai 650 T per tahun. Percuma ada Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Kaltim (BBPJN) Di Balikpapan. Mestinya jalan trans kaltim ini harus level kelas dua, dan kami minta itu minimal level dua, kalau hanya level kelas 3 seperti yang ada percuma tidak akan bertahan lama,” sebut Hertin yang juga memberi bantuan untuk warga yang ikut memperbaiki jalan rusak tersebut.
Bahkan ada masyarakat yang sakit dan dirujuk keluar daerah meninggal di perjalanan karena jalan antardaerah tidak memadai semacam ini. Bertahun-tahun tidak dipedulikan sejak jaman orde baru hingga era reformasi saat ini,” tukas Albinus saat meninjau jalan rusak di desa Perian.
“Sekarang macet total karena ruas jalan negara Tenggarong – Simpang Kalteng sepanjang kurang lebih 150 km, bukan lagi rusak berat, hancur lebur,” sambung Ali.
Akibat jalan rusak, warga kini beralih menggunakan jalur sungai dengan biaya dua sampai tiga kali lipat.
“Sekarang terpaksa kami lewat sungai lagi. Puluhan tahun sudah, sejak jaman orde lama, orde baru, hingga era reformasi tidak pernah kami merasakan yang namanya jalan bagus,” tutup tokoh adat Kubar tersebut.
Hal senada disampaikan Warga RT 08 Kampung Perian mengaku jalan tersebut sudah rusak bertahun-tahun. Bahkan dalam sebulan ini sudah 3 kali mobil terbalik di lokasi tersebut.
“Yang rusak parah ini sudah satu tahunan. Bulan ini ada 3 kali insiden mobil terbalik. Apalagi pas hujan itu sampai pagi mereka tunggu,” katanya.
Dia menyebut sudah ada upaya perbaikan yang dilakukan pemerintah. Namun belum maksimal.
“Memang dari pihak PU kemari nada sempat perbaiki Cuma setelah itu tidak ada tindak lanjutnya. Nah mereka kupas aspalnya, tetapi tidak ditindaklanjuti untuk tanam batu akhirnya jalan ini Kembali seperti jalan awal,” jelas Refli.
“Disini kan lahan gambut, mau ditebar aspalpun dia akan larut kebawah. Jadi mobil lewat itu kaya di atas kasur aja,” tutupnya. (*/rls/red)