LINTAS KALIMANTAN | Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Doris Sylvanus Palangkaraya, Kalimantan Tengah, terperangkap dalam beban utang yang mencapai Rp120 miliar. Utang yang menumpuk sejak tahun 2023 hingga 2024 ini mengancam kelangsungan pelayanan kesehatan bagi masyarakat setempat dan membuat Direktur RS menyatakan rumah sakit tersebut secara teknis sudah “bangkrut” jika berstatus swasta.
Dr. Suyuti Syamsul, Direktur RSUD Doris Sylvanus, mengungkapkan keprihatinan yang mendalam. “Dengan utang sebesar itu, terlalu berat jika sepenuhnya dibebankan kepada rumah sakit. Tapi karena ini rumah sakit pemerintah, maka ada jalan untuk menyelesaikannya,” tegas Suyuti pada Selasa (4/6).
Jalan penyelamatan yang ditempuh adalah dengan mengalihkan sebagian besar beban operasional rumah sakit ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Kebijakan strategis ini diharapkan membebaskan sumber daya rumah sakit untuk fokus melunasi tunggakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Jalan yang kami tempuh adalah membebankan belanja operasional ke APBD. Dulu listrik dibayar oleh rumah sakit, sekarang Pemprov yang menanggung. Dana yang sebelumnya untuk listrik bisa dialihkan untuk membayar utang,” jelas Suyuti.
Upaya tersebut mulai membuahkan hasil. Sejak Oktober 2024, manajemen RSUD Doris Sylvanus telah berhasil melunasi sekitar Rp60 miliar dari total utang Rp120 miliar. Meski belum tuntas, kemajuan ini dianggap signifikan di tengah keterbatasan.
Di sisi lain, pasokan obat-obatan yang sempat terkendala akibat utang mulai menunjukkan perbaikan. “Ketersediaan obat mulai membaik, meskipun belum sepenuhnya normal,” kata Suyuti. Namun, ia mengakui masih ada pemasok yang enggan mengirimkan barang karena piutang yang belum dilunasi. “Memang ada yang belum tersedia… Tapi sebagian besar, termasuk kebutuhan hingga Desember, sudah kami selesaikan,” tambahnya.
Kendati tekanan keuangan masih membayangi, pihak rumah sakit menegaskan komitmennya untuk terus memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sambil berupaya memulihkan kondisi keuangan secara bertahap. Nasib RSUD vital ini kini bergantung pada keberlanjutan dukungan APBD Provinsi Kalteng untuk menyelesaikan sisa utang yang masih membebani. (*/rls/sgn/red)