LINTASKALIMANTAN.CO || PONTIANAK — Seorang anak laki – laki berusia 6 tahun di Kota Pontianak di duga menjadi korban penganiayaan oleh ibu kandung dan ayah tirinya hingga mengalami trauma mendalam.
Selain sering mendapat kekerasan secara fisik, diduga korban juga kerab di kunci di dalam kamar mandi bila melakukan kesalahan. Selain itu menurut ayah kandung korban berisial HS (34) berdasarkan cerita sang putra, sang putra pernah di selamkan kedalam bak mandi hingga muntah, selain itu putra bungsunya itu juga mencerikan pernah di ikat dengan posisi kaki atas kepala di bawah.
Ayah korban HS menceritakan, ia sudah beberapa tahun berpisah cerai dengan sang mantan istri, dan sudah tiga tahun tidak bertemu dengan ketiga anaknya, karena ketiga anaknya dibawa oleh sang istri berpindah – pindah, dan dirinyapun tak dapat berkomunikasi dengan sang mantan istri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kejadian ini sendiri terkuak pada 21 Agustus 2021 pukul 21.00 WIB, saat itu dirinya mendapat telepon dari anggota Polsek Pontianak Kota yang memintanya datang ke kantor Polsek, karena Polsek Pontianak Kota yang mendapat laporan dari masyarakat mengamankan putranya yang diduga menjadi korban KDRT (kekerasan dalam rumah tangga).
”Saat itu, anggota menanyakan bahwa apakah benar ini ayah dari D (putranya), benar, dan mereka meminta tolong ke kantor ada yang mau di bicarakan, dan sesampainya di Polsek, anggota menyampakan bahwa anak saya itu di sekap di dalam WC,” ujarnya, Selasa (24/08)
Saat itu, ia masih belum menemui sang putra, anggota mengatakan bahwa sang putra sudah dibawa kerumah sakit, sementara mantan istrinya sedang di ruang lain menjalani pemeriksaan.
Ketika ia menemui putra bungsunya, ia melihat terdapat sejumlah memar di bagian wajah, tubuh, dan tangan, dan sang putra menceritakan bahwa sehari – hari putranya berada di WC di hukum bila melakukan kesalahan.
”Kemarin pada saat saya bawa ke Dokkes, kondisi anak saya ini sangat lemah, kurus, terlihat kurang gizi juga, seperti anak busung lapar,’dan pada 21 Agustus itu saat di amankan, anggota cerita anak saya begitu kelaparan, ketika di beri roti 5 bungkus, itu langsung habis,’tuturnya.
Kepada dirinya, putranya pun mengatakan tidak ingin kembali lagi kerumah ibu karena selama bersama sang ibu ia kerab mendapat hukuman yang tidak selayaknya didapat anak seusianya.
“Anak saya cerita, dia sering di pukul, pernah di suruh makan cabe, pernah juga kepalnya di benamkan kedalam air, lalu di gantung, kakinya di atas kepalnya di bawah,” katanya menyampaikan cerita sang putra.
Atas hal itu, iapun langsung ke Polresta Pontianak untuk membuat laporan atas dugaan KDRT yang diterima oleh sang putra.
HS berharap, aparat penegak hukum dapat menegakkan hukum yang berlaku dengan seadil – adilnya, dan memberikan hukuman yang setimpal kepada terlapor.
”Saya harap mereka dapat di hukum sesuai hukum yang ada, jangankanlah kita manusia, binatang saja dengan anak sayang,” ujarnya.
Selain itu, saat ini dirinya sedang berusaha mencari keberadaan anak pertama dan keduanya, dari informasi yang ia dapat, anak pertamanya berada di pesantren yang entah dimana, dan anak kedua berada di daerah Sulawesi bersama orang lain yang bukan tetangga.
Ia berharap kedua anaknya yang lain dalam kondisi baik – baik saja dan tidak mengalami hal yang sama seperti sang putra bungsu.
Terpisah, Kasat Reskrim Polresta Pontianak AKP Rully Robinson Polii menyampaikan, pihaknya masih memeriksa sejumlah saksi untuk kasus ini dan belum menetapkan tersangka.
Atas laporan dugaan KDRT, dikatakan Rully, ibu kandung dan ayah tiri dari korban tidak mengaku telah melakukan KDRT terhadap putranya.
”Kita sudah memeriksa ibu dan ayah tiri dari si anak, tetapi tidak mengaku, kemudian kami sudah memeriksa anak itu, keterangannya masih berubah – ubah, dan kita sudah menyurati psikiater untuk melakukan pendampingan terhadap anak ini,,”ujar Rully.
Selain itu, Rully mengatakan saat ini pihaknya pun sedang memeriksa pembantu rumah tangga dari rumah tersebut, yang ternyata pihaknya temui di kabupaten Sambas.
”Untuk saksi yaitu pembantu dari rumah ini, kita baru mendapat dia di Sambas, jadi semalam baru kita periksa dan hari ini kita lanjutkan,”Kata Rully.
Wakil Ketua KPPAD Kalimantan Barat Sulasti mengatakan pihaknya sudah mendapat laporan atas dugaan kasus KDRT ini, dan melakukan pendampingan atas kasus ini.
”Untuk si anak, kami lakukan pemeriksaan kesehatan, dan akan kami periksa psikisnya, karena dari informasi yang kami terima si anak ini masih dalam kondisi trauma,”ujarnya. (Red)