LINTAS KALIMANTAN | Bulan Ramadhan selalu membawa keberkahan, tidak hanya dalam aspek spiritual tetapi juga dalam sektor ekonomi. Di bulan yang penuh rahmat ini, umat Muslim berlomba-lomba memperbanyak amal ibadah demi meraih pahala berlipat ganda. Namun, Ramadhan bukan hanya tentang ibadah vertikal kepada Sang Khaliq, tetapi juga tentang interaksi sosial dan ekonomi antar sesama manusia.Salah satu fenomena yang tak pernah absen setiap Ramadhan adalah maraknya pedagang musiman. Menjelang waktu berbuka puasa, berbagai lapak penjual makanan dan minuman bermunculan di pinggir jalan dan pasar-pasar. Mereka menjajakan beragam hidangan takjil, mulai dari kolak, es buah, hingga aneka kue tradisional yang menggugah selera.
Fenomena ini tak lepas dari meningkatnya kebutuhan masyarakat akan hidangan berbuka puasa. Setelah seharian menahan lapar dan haus, sajian yang manis dan segar menjadi incaran utama. Para pedagang musiman pun dengan cerdas memanfaatkan peluang ini untuk mencari tambahan rezeki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menariknya, sebagian besar dari mereka bukanlah pedagang tetap. Di hari-hari biasa, mereka mungkin berprofesi sebagai ibu rumah tangga, pekerja kantoran, atau bahkan pelajar. Namun, di bulan Ramadhan, mereka beralih profesi menjadi pedagang takjil. Dengan modal yang relatif kecil dan kreativitas dalam menyajikan makanan, mereka mampu meraup keuntungan berlipat ganda.
Tidak dapat dipungkiri, kehadiran para pedagang musiman ini turut menggerakkan roda perekonomian. Mereka menciptakan lapangan pekerjaan sementara, meningkatkan daya beli masyarakat, dan meramaikan suasana menjelang berbuka puasa. Namun, fenomena ini juga membawa dampak lain, seperti kemacetan di beberapa ruas jalan akibat keramaian pembeli.
Di sisi lain, konsumen pun diuntungkan dengan banyaknya pilihan menu berbuka puasa. Hidangan di meja makan menjadi lebih beragam dan penuh warna, berkat kreativitas para pedagang dalam menyajikan makanan dan minuman khas Ramadhan.
Fenomena pedagang musiman di bulan Ramadhan adalah cerminan dari dinamika ekonomi masyarakat yang adaptif dan kreatif. Mereka mampu memanfaatkan momentum keagamaan untuk memperkuat perekonomian keluarga. Di tengah semangat berburu takjil, kita patut mengapresiasi kerja keras mereka dan tetap bijak dalam mengonsumsi makanan secara sederhana dan tidak berlebihan.
Bulan Ramadhan memang penuh berkah. Bukan hanya pahala yang berlipat, tetapi juga rezeki yang mengalir deras bagi mereka yang jeli melihat peluang. (Sugian)
NU Oline