LINTAS KALIMANTAN | Acara pernikahan Putri Kelima H. Abdul Rasyid AS yang merupakan pengusaha Internasional asal Kalimantan Tengah. Adapun Resepsi pernikahan Monica Putri Rasyid dengan Muhammad Khairnadhif Kasyfillah digelar, pada Jumat 10 Mei 2024 Jam 08.30 – 22.00 WIB.
Sebagaimana disampaikan H. Abdul Rasyid AS pada saat acara Bukber beberapa bulan yang lalu bahwa akan melaksanakan hajatan dengan menikahkan putri Kelimanya.
“Mohon doa restunya akan menikahkan Putri Kelima kami yaitu Monica Putri Rasyid,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menjelang pernikahan seperti adat dan budaya di Kalimantan pada umumnya. Monica Putri Rasyid melakukan bamandi-bamandi atau mandi pengantin. Tradisi bamandi-mandi ini biasa disebut badudus digunakan oleh para anggota kerajaan dan juga bangsawan dahulu.
Badudus ini bertujuan agar sang pengantin terhindar dari hal-hal negatif yang bisa mengganggu kelancaran pada pernikahan nantinya. Selain itu agar mempelai bisa mendapatkan keselamatan dan kehidupan berumah tangga nantinya bisa aman, tentram, rukun dan sejahtera, tentunya atas izin yang Maha Kuasa.
Acara Bamandi-bamandi ini digelar di kediaman H. Abdul Rasyid AS Jalan Hasanuddin, Kelurahan Mendawai, Kecamatan Arut Selatan, Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalteng, Kamis, 9 Mei 2024.
Acara Badudus Mandi Mandi tersebut digelar sebelum akad nikah, maka calon pengantin tersebut melakukan upacara adat tersebut masing-masing di tempat terpisah
Dalam acara ini calon mempelai pria yaitu Muhammad Khairnadhif Kasyfillah putra dari Owner Maktour Group Fuad Hasan Masyhur dan Hj. Anisa Gaby F Manggabarani tidak bersama-sama mengikuti upacara adat yang dipimpin oleh pemandu adat Hj. Helda.
Dalam acara ini, suasana meriah dan penuh kehangatan terlihat pada acara mandi-mandi menjelang pernikahan Monica Putri Rasyid. Kedua orang tua Monica, H. Abdul Rasyid AS dan Hj. Nuriyah, bersama para kerabat, turut serta menyiramkan air mandi-mandi kepada calon mempelai perempuan tersebut.
Selain itu, orang tua dari mempelai pria juga hadir di lokasi dan ikut serta dalam prosesi adat ini, menyiramkan air mandi-mandi. Tradisi ini dikenal sebagai simbol pembersihan dan berkah sebelum pernikahan, menciptakan suasana yang sakral dan penuh harapan untuk masa depan pasangan yang akan menikah.
Setelah prosesi adat selesai, calon mempelai perempuan tampil anggun dengan busana putih lengkap dengan kerudung. Acara dilanjutkan dengan pembacaan Surah Yasin dan Doa Selamat.
Kemeriahan semakin terlihat menjelang akhir acara. Para tamu undangan yang hadir tampak gembira dan penuh canda tawa ketika mengikuti prosesi behambur beras kuning. Dalam tradisi ini, bungkusan beras kuning dilemparkan, dan para tamu dengan antusias memperebutkan bungkusan tersebut, yang diyakini membawa keberuntungan dan berkah.
Acara mandi-mandi ini bukan hanya menjadi momen berharga bagi keluarga besar, tetapi juga menggambarkan kebersamaan dan tradisi yang dijunjung tinggi dalam masyarakat. Semoga pernikahan membawa kebahagiaan dan keberkahan bagi kedua mempelai dan keluarga mereka, amin. (*/rls/rhd/red)