Kepala Balai Guru Penggerak Provinsi Kalimantan Tengah, I Ketut Sukajaya
LINTAS KALIMANTAN || Kepala Balai Guru Penggerak Provinsi Kalimantan Tengah (BPG Kalteng), I Ketut Sukajaya mengatakan bahwa guru penggerak ini adalah generasi atau orang-orang yang dipersiapkan kedepannya menjadi pemimpin pembelajaran.
“Kalau istilah di Kepolisian, guru penggerak ini adalah Brimobnya. Kalau di TNI dia Kopasus. Ini adalah pasukan elitnya di Dinas Pendidikan, kenapa saya katakan demikian, karena kedepan kita mengharapkan bahwa guru-guru penggerak ini melalui seleksi sangat ketat dan tidak semua lulus,” kata I Ketut Sukajaya pada lokakarya 7 program guru penggerak angkatan 8, di gedung Balai Antang Muara Teweh, Sabtu (2/12/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selanjutnya kata dia, kalau sudah lulus, harus di diklat selama 6 (enam) bulan. Oleh karena itu ketika mereka ini lulus sebagai guru penggerak maka dianggap memiliki kompetensi, kapabilitas, kapasitas sebagai pemimpin pembelajaran baik dikelasnya masing-masing, karena berawal dari kelas itu sendiri.
Mereka kata Ketut Sukajaya, akan mentranformasi pembelajaran yang ada di kelas. Selanjutnya pembelajaran dimana mereka harus menganalisi semua kebutuhan siswanya, lalu bagaimana memfasilitasi mereka agar semua kebutuhan siswa itu akan tercukupi terkait dengan kebutuhan belajarnya.
“Ini adalah lokakarya yang ke 7, berarti sebelumnya ada lokakarya orientasi, lokakarya 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan puncaknya adalah di panel hasil belajar. Apa itu panel hasil belajar? Adalah sejumlah hasil karya-karya yang dilakukan oleh teman-teman calon guru penggerak selama enam bulan, baik itu media pembelajaran, bahan-bahan, modul, karya-karya siswa, itu adalah hasil daripada implementasi dari pelatihan mereka di guru penggerak,” kata dia.
Lebih lanjut I Ketut mengatakan, pembelajarannya itu melalui daring dan juga luring, mereka melakukan pembelajaran melalui LMS (leaning manajemen sistem) baik itu kolaborasi, diskusi kelompok dan lainya, dan juga ada pendampingan indipidu yang didampingi oleh teman-teman pengajar praktek.
Oleh karena itu, dirinya berharap kedepannya guru penggerak menjadi contoh bagi guru-guru lainnya, karena prinsip dari guru penggerak itu adalah tergerak, bergerak dan menggerakan.
“Tergerak, bergerak sudah dilaksanakan selama enam bulan. Dan yang paling penting sekarang adalah, bagaimana bapak dan ibu guru penggerak menggerakan komunitas yang ada di sekolah dulu, tularkan ilmunya sesama teman di sekolah, selanjutnya antar sekolah (KKG dan lainnya), dan yang paling penting adalah yang dilakukan ini berdampak pada hasil belajar, tujuan kita bagaimana membuat siswa siswi kita itu berkompeten,” imbuhnya.
I Ketut Sukajaya menambahkan, kita ingin murid-murid kita menghadapi tantangan global ini harus memiliki jiwa karakter yang sangat bagus. (*/rls/rif-ang).