LINTASKALIMANTAN.CO || Keberadaan Kampung Cina di Kelurahan Raja Seberang, merupakan sejarah masuknya keturunan Tionghoa di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Namun kini bangunan berarsitektur cina di kampung tersebut banyak yang sudah termakan usia dan ditinggalkan pemiliknya. Bahkan, salah satu peninggalan sejarah yaitu sekolah dengan bentuk bangunan Cina dan Eropa sudah ambruk.
Tak ingin sejarah keberadaan Kampung Cina ini luntur dan hilang, dalam momen gelar dengar pendapat bersama DPRD Kobar, para tokoh Komunitas Tionghoa Kobar meminta agar pemerintah daerah membuat situs budaya di Kampung tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mewakili tokoh Tionghoa Kobar Hartono Halim menyampaikan terimakasih kepada DPRD yang telah berkenan menerima kehadiran para tokoh Tionghoa, untuk berdiskusi ringan membahas perkembangan pembangunan di Kobar, salah satunya terkait keberlangsungan Kampung Cina agar dibangun cagar budaya.
“Wacana ini sudah lama, dan kita hari ini ingin mendorong hal tersebut melalui anggota dewan, yang selanjutnya bisa dibawa ke suatu forum, sehingga situs itu bisa menjadi kebanggaan bagi masyarakat Kobar,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, bahwa penting adanya untuk mengingat sejarah bagaimana perkembangan orang Tionghoa di Kobar. Serta menunjukkan bahwa Kobar ini multi etnis.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua I DPRD Kobar Mukyadin menanggapi terkait harapan dari para Komunitas Tionghoa tersebut.
Mulyadin menyampaikan, tentu pihaknya akan membahas dan menyampaikan harapan dibangunnya Cagar Budaya di Kampung Cina.
“Tentu ini kita akan bahas bersama Pemda Kobar untuk mewujudkan itu, mengingat ini muaranya adalah untuk pembangunan daerah dari segi wisata dan budaya,” ungkapnya.
Namun demikian, pihaknya sangat mendukung permintaan dari Tokoh Tionghoa Kobar tersebut. Karena, memang sejarahnya ada dan apa salahnya jika dijadikan cagar budaya.
“Kampung Cina tersebut menunjukkan, bahwa kerukunan dan keberagaman etnis suku dan budaya ini sudah ada di Kobar sejak lama. Sehingga ini bisa menjadi sejarah yang bagus, bagaimana kita agar terus dapat menjaga kerukunan,” tuturnya. (*/rls/dr/red)