LINTASKALIMANTAN.CO || Food Estate singkong di Wilayah Kabupaten Gunung Mas merupakan program pemerintah pusat melalui Kementrian Pertahanan yang dijalankan oleh Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengan (Kalteng). Dimana tujuan awal untuk meningkatkan program cadangan pangan strategis nasional.
Ratusan hektar lahan dibuka tepatnya diwilayah Desa Tewai Baru, Kecamatan Sepang, Kabupaten Gunung Mas untuk melakukan penanaman singkong. Namun setelah satu tahun lebih berjalan, tidak ada kabar keberhasilan dari program food estate tersebut. Bahkan masyarakat disekitar wilayah tersebut mengeluh, akibat dari pembukaan lahan tersebut sering terjadi banjir di Desa Tewai Baru.
Camat Sepang Sayudi, S,Pd. M,Pd mengungkapkan, kondisi lahan Food Estate Singkong yang berada di Desa Tewai Baru sangatlah memprihatinkan. Meskipun memang sempat ditanami singkong, namun tanaman singkong tersebut tidak terurus atau dibiarkan begitu saja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Pada dasarnya kami setuju dengan program food estate bila sesuai dengan perencanaan awal yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Tetapi sekarang masyarakat cenderung kurang mempercayai program ini karena tidak sesuai dengan harapan dan cenderung hanya merusak alam, karena hutan yang dibabat untuk lahan pembukaan lahan tersebut kurang lebih 600 ha,” ungkap Sayudi melalui telepon selular.
Sementara itu, Sigo S Anju Kepala Desa (Kades) Tewai Baru mengatakan tidak ada perkembangan atau dampak baik dari food estate singkong yang berada diwilayah desanya tersebut. Menurutnya penanaman singkong dengan membuka lahan 600 hektar tersebut tidak membuahkan hasil (Gagal).
“Dampak yang kami terima dari pembukan lahan tersebut hanyalah banjir. Disetiap ada hujan pasti akan banjir,” ucapnya.
Hal tersebut terbukti, akibat hujan yang terjadi pada 13 November 2022 pada malam hari, ruas jalan Palangkaraya – Kuala Kurun tepatnya dijalan yang menghubungkan Desa Tewai Baru dan Desa Sepang Kota terendam banjir.
Ia mengakui memang masyarakat lokal ada dilibatkan dalam program tersebut. Namun masyarakat tidak tertarik karena upah yang diberikan tidak sesuai dan bahkan dinilai upah tersebut lebih rendah dari pendapatan masyarakat sekitar sehari-hari. Sebagai Kepala Desa mewakili masyarakat sekitar, ia berharap agar program tersebut tidak dilanjutkan saja.
“Memang awalnya kita selalu mendukung dan bahkan sangat berbaangga karena setidaknya kalau ada program ini, masyarakat bisa ada keterlibatan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Tetapi nyatanya setelah pembukaan dan penanaman singkong itu di lakukan, komoditi singkong tersebut tidak cocok. harapan kami sebagai masyarakat agar program ini jangan dilanjutkan lagi, dan bahkan atas suara masyarakat agar lahan yang sudah tergarap ini dari pihak kemenhan menghibahkan kepada pemerintah daerah Kabupaten Gunung Mas. Sehingga Pemkab dapat bekerja sama dengan masyarakat Desa untuk mengolah lahan dengan kultur komoditi tanaman yang sesuai,” pungkasnya. (*/rls/hms/red).