LINTASKALANTAN.CO || Nelayan di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, sejak 4 bulan terakhir terpaksa tidak melaut, karena mengeluhkan sulit mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar.
“Kami sudah lama kesulitan mendapatkan solar dengan harga normal di SPBU, kalau pun ada kami beli ke tingkat pengecer sehingga harganya lebih mahal,” kata Sahat nelayan di Sungai Kakap, Kamis (06/01).
Dia menjelaskan, perbedaan harga solar di SPBU yakni Rp5.500 per liter sementara kalau membeli di tingkat pengecer Rp7.500 per liter hingga Rp8.000 per liter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Tetapi jumlahnya juga terbatas atau sulit didapat, sehingga untuk sementara ini kami lebih memilih tidak melaut dulu, sambil membetulkan jaring yang rusak,” ungkapnya.
Hal senada juga diakui oleh Udin. “Selain harga solar yang mahal, untuk membelinya kami juga kesulitan, sehingga lebih memilih tidak melaut untuk sementara waktu,” ujarnya.
Dia berharap, pemerintah melalui Pertamina menambah kuota atau pasokan BBM jenis solar untuk para nelayan kecil seperti mereka, sehingga dengan mudah mendapatkan solar yang merupakan komponen penting untuk turun melaut dalam mencari ikan.
Sementara itu, secara terpisah Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Provinsi Kalbar, Sigid Sugiardi mengatakan, kelangkaan atau kesulitan BBM bagi para nelayan bukanlah hal baru dan tidak hanya terjadi Kabupaten Kubu Raya saja.
“Sebagian besar nelayan membeli BBM jenis solar tidak dengan harga normal, seperti yang dikeluhkan oleh para nelayan di Sungai Kakap tersebut,” katanya.
Dia berharap, pemerintah melalui instansi terkait lainnya menambah kuota atau memperlancar distribusi BBM jenis solar untuk para nelayan kecil di Kalbar.
“Ada sekitar delapan hingga 12 ribuan nelayan yang ada di Kalbar yang jumlahnya tersebar di pesisir pantai di beberapa kabupaten di Kalbar,” ujarnya. (*/rls/red)