LINTAS KALIMANTAN | DR (can) H Rizky Aditya Putra, S.E,.M.M adalah seorang politisi sekaligus pengusaha kelahiran Nangabulik 5 Mei 1990 (33 tahun). Dia merupakan kandidat kuat bakal calon (Bacalon) Bupati Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah.
Pria yang akrab disapa Rizky Mahodenk ini merupakan anak kedua dari 4 bersaudara pasangan H Asan Darsani dan Hj Siti Astawa. Sementara kakeknya sendiri tokoh berpengaruh H Saleh dan H Aspan (anak pejuang Djendjeng bin Koncong).
Setelah menyelesaikan pendidikan di Universitas Brawijaya Malang pada tahun 2010, Rizky terjun sebagai pengusaha. Tercatat pada tahun 2012, dia pernah menyabet penghargaan Wirausahawan Muda terbaik Kalteng.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Meski masih muda, Rizky telah memiliki banyak pengalaman baik di dunia bisnis, politik maupun pemerintahan. Saat ini, Rizky masih aktif sebagai Anggota DPRD, Ketua DPC Gerindra Kobar dan Ketua DPD Tidar Kalteng.
Tak hanya itu, di Lamandau, Rizky juga dikenal sebagai eksportir bio mass (cangkang kelapa sawit). Diketahui, dia sudah mengekspor cangkang ke berbagai negara, seperti Jepang, Polandia dan Cina.
“Saya memutuskan maju di Lamandau karena saya peduli dengan kampung halaman saya. Saya ingin melihat pembangunan Kabupaten Lamandau lebih pesat, seperti zaman bupati 2 periode bapak Ir Marukan,” kata Rizky Aditya Putra.
Tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan nilai-nilai tradisional, keberagaman dan sarat toleransi. Rizky berkomitmen tetap teguh memegang teguh nilai-nilai leluhurnya, seperti keberanian, kejujuran, dan sosok pemersatu.
“Pendahulu kita sudah mencontohkan bagaimana menjaga persatuan sesama kita orang Lamandau. Pada April 1946, leluhur kita pernah mengusir tentara NICA dari DAS Lamandau ini. Semangat ini yang perlu jaga,” tutur dia.
Dikutip dari buku Tjilik Berkisah karya Nila Riwut, Djendjeng alias H Bachrun merupakan sosok dibalik dilarikannya Cilik Riwut ke Batu Betanggui untuk disembunyikan dari kejaran tentara NICA yang memburu pasukan MN001.
Pada tanggal 28 Juli 1947, Djendjeng bersama Gusti Dumai Anas, Kyai Busra, Derek, Ibak, Mulia, Gusti Achmad, Muhammad Utuh dan Usup Djagam ditangkap tentara sekutu, namun berhasil bebas setahun berselang.
Djendjeng bin Koncong wafat di Mekkah usai melaksanakan haji pada tahun 1970 pada usia kurang lebih 70 tahun. (*/rls/hms/red)