LINTASKALIMANTAN.CO || Gas non-subsidi tabung 5,5 kg dan 12 kg di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan kembali mengalami kenaikan.
Kali kedua dalam dua bulan terakhir. Akibarnya, pemilik rumah makan dan warung bakso mengeluh dan berharap kenaikan tidak terjadi lagi.
Isi ulang LPG 5,5 Kg saat ini dijual Rp 105 ribu. Padahal dua bulan lalu, gas tabung warna ‘genit’, fink, masih dijual Rp 75 ribu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kemudian naik menjadi Rp 85 ribu sampai Rp 90 ribu. Sedang LPG 12 kg, naik dari Rp165 ribu menjadi Rp 185 ribu sampai akhirnya menjadi Rp 210 ribu.
Faisal Aji, salah seorang pemilik rumah makan di Kota Pelaihari, mengaku sudah ingin menaikan tarif makanan.
Karena selain gas non-subsidi yang mengalami kenaikan, beberapa kebutuhan pokok lainnya juga mengalami hal serupa, seperti cabe, bawang merah dan minyak goreng.
“Sebenarnya sudah ada niatan untuk menaikkan tarif, menyusul kenaikan kebutuhan pokok lainnya selain gas non-subsidi. Namun untuk sementara ditahan, karena takut pelanggan kabur,” ujar Faisal Aji Kamis 03 Maret 2022.
Sementara Winarsih, pemilik warung bakso di Kelurahan Sarang Halang, Pelaihari, sangat keberatan ketika harga gas 5,5 kilogram naik menjadi Rp 90 ribu dari Rp 75 ribu, kemudian naik lagi menjadi Rp 105 ribu.
Kenaikan, menurut Winarsih, semakin mengurangi keuntungan. Karena harga satu porsi bakso jualannya, tak berubah. Padahal setiap minggu, memerlukan 2 sampai 3 tabung gas 5,5 kilogram.
“Saat naik menjadi Rp 90 ribu saja, rasanya bagi kami sudah cukup berat. Apalagi kini menjadi Rp105 ribu,” ujar Winarsih, sambil berharap gas tidak lagi mengalami kenaikan.
Sedang Subai, karyawan toko sembako yang menjual gas non-subsidi, membenarkan adanya kenaikan dalam dua bulan terakhir.
Kenaikan untuk gas 5,5 kg menjadi Rp 105 ribu dan gas 12 kg menjadi Rp 210 ribu baru terjadi dalam 3 hari terakhir.
“Ada beberapa kali kenaikan sampai mencapai harga saat ini. Itu terjadi hanya dalam dua bulan terakhir. Kenaikan berasal dari agen,” jelas Subai.
Bagi para pedagang eceran gas non-subsidi, kenaikan tersebut tidak menguntungkan bagi mereka. Malah justru modal awal semakin tinggi dan keuntunganya tetap.
Sedang bagi pemilik rumah makan, sudah pasti berdampak pada menipisnya keuntungan yang didapat dari satu porsi makanan. (*/rls/red)